beerita.id – Spanyol adalah negeri yang memesona, unik, dan berbeda dari kebanyakan negara Eropa lainnya. Saya selalu mengatakan bahwa separuh dari Spanyol adalah Eropa, sementara sisanya adalah Afrika Utara dan Amerika Latin. Pengaruh peradaban Moor (Arab) begitu kental di negeri ini, menjadikannya perpaduan budaya yang kaya dan menarik.
Salah satu kota paling terkenal di Spanyol adalah Barcelona. Kota ini multikultural, penuh dengan orang-orang kreatif, dan memiliki pesona yang sulit dilupakan. Arsitekturnya yang memukau, penduduknya yang ramah, serta atmosfernya yang dinamis menjadikan Barcelona sebagai sumber inspirasi tanpa batas. Tak heran, seorang penulis bernama Andrew Barter pernah berkata, “Bahkan bulan pun malu dengan keindahan Barcelona.”
Selama tiga hari di Barcelona, saya berusaha menjelajahi hampir semua ikon kota ini—mulai dari Sagrada Familia, Casa Batlló, Plaza Catalunya, kawasan pejalan kaki La Rambla yang penuh kehidupan, Park Güell, Gothic Quarter, hingga Montjuïc.
Teman seperjalanan saya, Muhammad Aqil Alhabsyi—mantan pemain nasional PSSI Garuda—mengajak saya mengunjungi stadion legendaris FC Barcelona, Camp Nou. Ajakan yang tentu saja tidak saya sia-siakan. Dengan tiket bus seharga 14 euro per orang (sekitar Rp240.000 dengan kurs Rp17.500), kami bisa berkeliling ke berbagai ikon kota Barcelona dalam satu hari. Di stadion ini, saya berkesempatan melihat dan berfoto dengan patung Johan Cruyff, legenda sepak bola Belanda, yang berdiri megah di depan Camp Nou.
Selama di Barcelona, saya menginap di Hotel Monegal, hotel bersih yang terletak di persimpangan Plaza Catalunya dan La Rambla—jantung kota Barcelona. Dari hotel ini, hanya butuh tujuh menit berjalan kaki untuk mencapai Casa Batlló, mahakarya arsitektur Antonio Gaudí yang terkenal di seluruh dunia. Tak jauh dari hotel, puluhan rumah makan Maroko menawarkan cita rasa yang tak terlupakan.
Dari balkon kamar hotel, saya bisa menikmati pemandangan Plaza Catalunya dengan pepohonan castanyet yang menghiasi sudut-sudut kota. Keindahan ini begitu memikat, hingga penyanyi Ed Sheeran terinspirasi untuk menulis lirik, “Tutup saja matamu dan mari kita berpura-pura sedang berdansa di jalanan Barcelona.”
Di kota ini, saya juga menyempatkan diri membuat sketsa bangunan-bangunan bersejarah—pengalaman yang benar-benar berkesan. Bahkan setelah kembali ke tanah air, bayangan Barcelona masih melekat di benak saya. Dalam bait-bait puisi yang saya tulis, saya menggambarkan kota ini sebagai berikut:
“Di Barcelona kutulis sebuah puisi
Yang belum sepenuhnya dapat kuselesaikan
Karena Barcelona sendiri adalah puisi
Yang begitu indah dan menawan.”
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Barcelona adalah kota yang begitu indah dan tak terlupakan.