George W. McLaurin: Pejuang Kesetaraan Rasial di Tengah Diskriminasi Kampus

beerita.id – Pada tanggal 14 Oktober 1948, George W. McLaurin, seorang pria Afrika-Amerika berusia 53 tahun, melangkahkan kakinya ke Universitas Oklahoma. Hari itu adalah momen bersejarah baginya, karena ia menjadi mahasiswa kulit hitam pertama di institusi yang selama ini hanya menerima mahasiswa kulit putih. Meski diterima di universitas tersebut, perjalanannya dipenuhi dengan perlakuan diskriminatif yang menggambarkan betapa mendalamnya segregasi rasial di Amerika saat itu.

McLaurin tidak sekadar menjadi simbol perubahan, tetapi juga saksi hidup dari perlakuan rasis yang mengakar kuat. Di ruang kelas, ia dipaksa duduk di sudut yang terpisah dari teman-teman kulit putihnya. Saat makan, ia diberi meja khusus yang jauh dari keramaian. Bahkan di perpustakaan, ia harus membaca buku di meja terisolasi, tersembunyi di balik tumpukan koran agar tidak terlihat oleh mahasiswa kulit putih. Tidak hanya itu, fasilitas toilet pun dipisahkan untuknya, menandakan betapa diskriminasi telah meresap ke setiap aspek kehidupan kampus.
Kondisi ini tidak membuat McLaurin menyerah. Dalam keterasingannya, ia tetap berjuang untuk diakui sebagai bagian dari komunitas akademik. “Beberapa rekan memandangku seperti aku adalah hewan. Tidak ada yang berbicara kepadaku, dan bagi para pengajar, aku bahkan tidak ada. Namun, aku mengabdikan diriku sepenuhnya, dan akhirnya mereka mulai memperhatikanku,” ujar McLaurin dalam sebuah wawancara. Perlahan namun pasti, upayanya membuahkan hasil. Teman-teman kuliahnya mulai menghampirinya, dan para pengajar mulai menjawab pertanyaannya. McLaurin yang semula dianggap tak kasatmata akhirnya mulai diakui keberadaannya.
Namun, perjuangan McLaurin untuk menembus Universitas Oklahoma tidaklah mudah. Ketika ia pertama kali mendaftar pada tahun 1948, ia langsung ditolak hanya karena warna kulitnya. Merasa diperlakukan tidak adil, McLaurin membawa kasus ini ke pengadilan. Pada 29 September 1948, pengadilan memenangkan gugatannya. Meski demikian, perjuangannya belum selesai. McLaurin harus melalui banding lain hingga akhirnya, pada tahun 1950, Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan bahwa perlakuan diskriminatif terhadap siswa kulit hitam di kampus adalah inkonstitusional. Keputusan ini menjadi salah satu titik balik dalam sejarah perjuangan hak-hak sipil di Amerika.
Meski kerap diperlakukan tidak setara, McLaurin berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu dari tiga mahasiswa terbaik di Universitas Oklahoma. Prestasi ini membuktikan bahwa pendidikan adalah senjata yang jauh lebih ampuh daripada kebencian dan diskriminasi.
Untuk menghormati perjuangannya, pada tahun 2014 Universitas Oklahoma mengadakan sebuah konferensi tahunan bernama The George McLaurin Male Leadership Conference, yang berfokus pada perekrutan mahasiswa dari kalangan minoritas. Selain itu, sebuah ruang tunggu di pusat komunitas universitas dinamai untuk menghormati McLaurin dan Sylvia A. Lewis, seorang mahasiswi lain yang juga menentang segregasi di universitas tersebut.
George W. McLaurin meninggal dunia pada 4 September 1968 di usia 74 tahun. Hingga akhir hayatnya, ia telah membuktikan kepada dunia bahwa ketekunan dan pendidikan mampu mengubah nasib seseorang dan membawa perubahan besar dalam masyarakat. Namanya kini abadi sebagai simbol perjuangan melawan rasisme dan inspirasi bagi generasi mendatang.