Beerita.id – Masa jabatan wali kota Surabaya Tri Rismaharini akan berakhir 2020 mendatang. Dan, karena sudah menjabat selama dua periode, dipastikan dia tidak bisa maju kembali. Nama-nama pengganti Risma sudah mulai muncul ke permukaan.
Namun, untuk menjadi Wali Kota di Surabaya, tentu bukan tugas mudah. Dibutuhkan sustainable leadership dan estafet pemerintahan yang smooth. Itu tidak lepas dari pencapaian gemilang yang telah dicatatkan Risma hampir satu dekade ini.
Hal itu disadari oleh KH Zahrul Azhar Asad. Pria yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Hans itu kini dinilai sebagai calon kuat pengganti Risma. Dengan segudang pengalaman dan pergaulan luas yang dia miliki, Gus Hans dirasa banyak pihak cocok menjadi nahkoda Kota Pahlawan ke depannya.
Lahir di Jombang pada 23 Maret 1976, Gus Hans sudah aktif berorganisasi sejak remaja. Hal itu dia lakukan pula saat kuliah di jurusan Hubungan Internasional UPN Jogjakarta. Kiprahnya dalam perpolitikan tanah air teruji ketika berhasil mengantarkan pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak memenangi pemilihan Gubernur Jawa Timur. Dalam struktur tim kampanye, Gus Hans didaulat menjadi Juru Bicara.

Alumnus S2 IKM Fakultas Kedokteran UGM Jogjakarta selama ini juga dikenal sebagai dai muda yang memiliki massa kuat di akar rumput. Itu tidak heran karena backgroundnya yang seorang pendidik. Tercatat, hingga kini ayah tiga anak itu merupakan pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum, Peterongan, Jombang dan Wakil Rektor Unipdu Jombang.
Dalam pergaulan antar pendakwah dan santri, Gus Hans juga memegang peranan penting. Yakni sebagai Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN). Berasal dari keluarga Nahdliyin, pria yang sudah dua tahun ini tidak mengonsumsi nasi itu juga aktif dalam organisasi sayap NU. Dia menjadi Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jatim 2014-2018.
Bagi Gus Hans, menjadi Wali Kota bukanlah impiannya. ”Sebab impian saya adalah bisa menebar manfaat dimanapun dan apapun posisinya. Kalau ternyata dirasa saya bisa menebar manfaat saat menjadi wali kota, ya tentu saya siap menerima amanah itu,” jelasnya saat ditemui di Rumah Makan Bebek Goreng Harissa Merr Surabaya.

Karena itu, Gus Hans mengatakan akan melihat terlebih dahulu proses menuju Pilwali ini. ”Yang jelas saya tidak mau maju karena nafsu. Dalam waktu yang ada ini, saya benar-benar akan mempelajari, sejauh apa masyarakat menginginkan saya. Kalau memang signifikan, ya ayo. Kalau tidak ya, berarti ada tempat mengabdi di ranah lain,” katanya lugas.
Namun bintang iklan produk minuman itu mengatakan sudah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk meneruskan pembangunan Surabaya. Sebab, ujarnya, masyarakat Surabaya adalah orang – orang cerdas, kritis, dan memiliki rasa cinta yang besar pada kotanya. Jadi, politik transaksional tidak akan bisa mendapat tempat di kota ini. ”Calon yang ada harus benar-benar capable dan berkualitas,” jelas dia.
Bagi pria yang identik dengan kopiah hitam itu, konsep smart city Surabaya kini sudah berada on the right track, baik dalam pembangunan SDM dan SDA. ”Tapi tetap, Bu Risma bukan wonderwoman. Diperlukan 20 – 30 tahun untuk menyelesaikan konsep tersebut. Dan, kami siap melanjutkan,” jelas dia.

Disinggung mengenai kedekatannya dengan Khofifah, Gus Hans enggan untuk memanfaatkannya dalam ajang Pilwali. ”Janganlah sampai seperti itu. Kita harus memegang etika politik yang sehat, santun, dan cerdas. Saya paling tidak suka memanfaatkan aparat negara. Beliau kini sudah menjadi aparat negara, kita dukung saja kinerjanya,” tegas dia.
Banyak hal yang akan dia lakukan jika dipercaya menjadi wali kota. Di antaranya memajukan UKM dan menjadikan Surabaya sebagai destinasi health tourism. ”Serta harus banyak menggandeng dan mempercayai anak muda dalam setiap langkah. Destinasi wisata baru juga harus diwujudkan. Agar makin banyak yang datang ke kota ini,” jelas dia. (Bee 1)