Karya Sastra Perlawanan Toni Morrison
beerita.id – Toni Morrison lahir di Lorain, Ohio, Amerika pada tanggal 18 Februari 1931 dengan nama Chloe Watford dari keluarga sederhana, ayahnya bekerja sebagai tukang cat di pabrik baja dan ibunya adalah penyanyi di paduan suara Gereja Methodis Afrika. Toni Morrison sejak kecil sudah gemar membaca karya-karya sastra dunia seperti Tolstoy, Flaubert dan lain-lain, tapi Toni Morrison lebih tertarik dengan bacaan sastra Afrika-Amerika.
Pada tahun 1940-an Morrison kuliah di Howard University yang merupakan kampus orang kulit hitam paling bergengsi di Washington DC di sini Morrison belajar ilmu Humaniora dan berhasil lulus dengan predikat yang memuaskan.
Setelah itu Morrison melanjutkan pendidikannya di Cornell dengan mengambil studi Bahasa Inggris, ia menulis disertasi tentang bunuh diri dalam karya sastra Virginia Woolf dan Faulker. Setelah mendapat gelar Master ia mengajar di Texas Southern University dan Howard.
Di tahun 1964 Morrison akhirnya pindah ke New York untuk bekerja di Randon House sebagai editor, jabatan ini dipegangnya selama dua dekade.
Novel pertamanya The Bluest Eyes terbit pada tahun 1970 yang dilanjutkan dengan novel berjudul Sula dan disusul oleh Song of Solomon, Song of Solomon pernah disebut Barack Obama sebagai salah satu buku favoritnya. Pada tahun 1987 Beloved terbit, ini merupakan puncak dari karier Toni Morrison, setahun setelah Beloved terbit buku ini memenangkan hadiah Pulitzer dan pada tahun 1993 Morrison terpilih sebagai penerima Nobel Sastra, ia tercatat sebagai wanita kulit hitam pertama yang meraih hadiah Nobel.
Morrison sangat kritis dan berani menentang ketidakadilan yang diterima oleh orang-orang kulit hitam, ia menentang keras diskriminasi, rasisme dan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi terhadap orang kulit hitam.
Ia lantang mengatakan bahwa orang kulit hitam punya hak hidup yang setara dengan orang kulit putih. Sikap ini akibat dari pengalaman hidupnya yang sering dihadapkan dengan perlakuan- perlakuan rasisme dimasa ia masih kecil. Ia pernah menyaksikan rumahnya di bakar oleh orang-orang kulit putih dan juga perlakuan-perlakuan yang ia Terima ketika bersekolah, pengalaman-pengalaman masa lalu inilah yang membentuk kritik-kritik tajam pada tulisannya.
Ia menulis tentang kebrutalan kulit putih Amerika yang coba dihapuskan oleh buku-buku sejarah, ia selalu mengingatkan agar sadar bahwa ada kebenaran sejarah yang berusaha akan dihilangkan. Protes ini sudah muncul di novel-novel Morrison seperti di novel The Bluest Eyes dan novel ini sempat di cekal selama beberapa dekade, juga kritik Morrison terhadap ketidak adilan muncul di novel Sula (1973). Di novel Tar Baby (1981) Morrison menyentil kisah cinta perempuan kulit hitam kaya yang bernama Jadin dan Son seorang gelandangan yang miskin, dalam kisah ini Morrison tidak hanya menyentil urusan asmara tapi juga masalah ras dan kelas.
Dalam novelnya yang membawa namanya meraih nobel Sastra yaitu “Beloved” Kritik Morrison lebih tajam lagi khususnya dalam menyinggung sejarah rasial Amerika yang penuh dengan kekerasan.
Toni Morrison pernah mengatakan “Orang kulit hitam adalah korban dari sejumlah besar kekerasan, hal-hal tersebut tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan pihak-pihak yang mengelola sekolah dan pemerintah kota”
Pada hari senin tanggal 5 Agustus 2019 di usianya yang ke 88 tahun Toni Morrison menghembuskan nafas yang terakhir akibat dari komplikasi pneumonia yang dideritanya di Montefiore Hospital di kota New York Amerika. Toni Morrison telah bekerja keras agar orang kulit hitam mendapat tempat yang sejajar khususnya dalam Sastra Amerika dan dunia.