Keimanan Dahlan Iskan
beerita.id – Dahlan Iskan Murtad. Hal ini memang sedang ramai diperbincangkan. Bahkan, dalam fyp saya, beredar banyak sekali video potongan yang tidak jelas kredibilitasnya ketika ia sedang di salah satu rumah ibadah. Mulanya saya biasa saja. Tapi ternyata semakin simpang siur. Cuplikan pidato saat ia mengaku sebagai aktivis salah satu ajaran pun digoreng sedemikian rupa hingga sampai di tiga kata awal tulisan ini.
Saya tahu Abah orangnya bagaimana. Bahkan mungkin tauhidnya. Pernah saya datang ke kantor Harian Disway lebih pagi untuk memindah file, sengaja agar masih sepi. Walaupun saat itu, wartawan masih bisa dihitung jari. Baru saja mau mengakses komputer, tiba-tiba Pak Dahlan datang dari pintu belakang. Saya mencoba untuk tidak beradu pandang. Tapi ternyata justru dipanggil.
“Adhit, sini!,” panggilnya dengan suara tegas yang membuat saya dag dig dug ser. Di ruangan depan itu, saya disuruh duduk. Beliau tetap berdiri. Pandangan antara kami sedikit tertutup oleh sekat meja. Sekitar 2 menit beliau memandangi saya. Dari atas sampai bawah. Tak terkecuali minuman soda dengan ice cream yang masih berada di tangan. Tentu saya salah tingkah.
“Apa yang membuatmu gendut seperti ini?,” tanyanya memecah keheningan.
“Keturunan, Bah,” celetuk saya.
“Apakah Anda yakin?,”
“Iya, Bah” jawab saya yang saat itu teringat akan tulisan beliau untuk almarhum mas Panji dan saya yang diberi judul “Keluarga Besar”.
Mendengar itu, Pak Dahlan langsung mengubah posisi berdirinya. Ia tampak lebih serius. “Pernyataan yakinmu itu seolah olah itu tauhid. Padahal tauhid itu hanya satu, yaitu yakin kepada Allah,” ujarnya dengan mimik wajah yang tegas. “Begini saja, kamu boleh makan nasi tapi tidak boleh minum es apapun selama 2 minggu, nanti saya ingin tahu bagaimana,” pintanya sembari meninggalkan ruangan. “Oh iya, dan jangan makan kue!,” sambungnya dengan suara yang keras dan tangan menunjuk. Alhasil, saya turun tiga kilo.
Pak Dahlan mengajarkan saya banyak hal. Tak terkecuali untuk tetap beribadah sesibuk apapun. Di Disway kami sering salat berjamaah. Beberapa kali hanya berdua saja. Bahkan, ketika covid masih merajalela, salat jumat pun dilakukan di kantor. Ia menunjuk saya sebagai imam dan khotib. Saya hanya terima memimpin salat saja, urusan khotbah, saya maunya beliau.
Benar saja, ceramahnya memang singkat namun penuh makna. Pak Dahlan juga menyinggung bagaimana ia sudah sering merasakan salat jumat yang dihadiri hanya sedikit orang saat berada di luar negeri karena minoritas. Terlebih beliau juga sangat fasih dalam menyampaikan dalil dan doa salat jumat.
Jadi, menurut saya, tuduhan murtad itu sangat keji. Karena bagaimanapun itu menyakut keimanan seseorang. Oh iya, di era kemajuan teknologi ini, saya juga mencoba bertanya pada AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan. Nama aplikasinya Chatgpt. Ketika saya memasukan keyword “Dahlan Iskan Murtad” hasilnya diluar dugaan. Ia sangat bijak.
Begini jawabnya : Tidak ada informasi kredibel atau berita yang mendukung klaim bahwa Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dan seorang tokoh media, telah murtad. Jika Anda mendengar informasi tersebut, penting untuk selalu memverifikasi kebenarannya melalui sumber-sumber yang tepercaya. Tuduhan terkait keyakinan agama adalah hal yang sangat sensitif dan dapat berdampak besar, sehingga kehati-hatian sangat diperlukan dalam menyebarkan atau menerima informasi semacam itu.
Nah, ketika kecerdasan buatan yang memang pintar namun tak memiliki naluri dan nurani saja bisa sangat objektif, harusnya kita sebagai manusia juga dapat melihat sesuatu dengan baik karena kita diciptakan dengan sempurna.