Mengenang Jeihan Sukmantoro si Pelukis Mata Hitam

4,978

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

beerita.id – Jaihan Sukmantoro adalah pelukis sufi kelahiran Ampel Boyolali, Jawa Tengah. Disamping sebagai seorang perupa, pria kelahiran 26 September 1938 itu dikenal sebagai pemikir dan penyair.

Saya mengenal pelukis Jaihan cukup lama. Setiap berkunjung ke kota Bandung selalu saya sempatkan untuk mampir di studionya di kawasan Padasuka. biasanya sengaja datang ke studionya agak pagi sebelum pak Jeihan datang.

Sembari menunggu kedatangan Jeihan yang biasanya diantar anaknya itu saya melihat koleksi lukisannya yang cukup banyak baik lukisan kanvas maupun lukisan cat air dan sket yang dilukis diatas kertas.

Foto : beerita.id

Setiap pertemuan saya manfaatkan kesempatan itu dengan baik tentu lewat diskusi dengannya. Biasanya pak Jeihan membahas puisi puisinya yang terkenal dengan puisi mbeling dan tak pernah lupa pak Jeihan selalu menerangkan bahwa puncak seni itu puisi, puncak puisi itu filsafat dan puncak filsafat itu sufisme dan ini seperti pembicaraan yang wajib yang selalu diucapkan setiap kami bertemu.

Pak Jeihan pernah berkata saya suka dengan pelukis seperti anda yang menjadi pelukis sekaligus suka menulis puisi seperti saya. Setiap akhir dari pertemuan biasanya saya meminta kesan di secarik kertas yang kemudian saya bingkai.

Ada beberapa tulisan kesan yang saya dapat dan satu yang paling saya suka, kesan itu tertulis “untuk Hamid Nabhan hidup ini milik para pemberani” lalu pak Jeihan menerangkan makna kesan yang ditulisnya bahwa kita harus berani dalam segala hal, harus berani mengatakan sesuatu yang benar, berani menolak sesuatu yang tak sesuai dengan hati nurani dan juga termasuk berani menghadapi kematian yang telah ia rindukan.

Di setiap pertemuan jika bernasib baik pak Jeihan menyeket wajah saya dan beberapa kali saya telah di sketnya, pernah juga di sket diatas kanvas setelah selesai pak Jeihan memberikan hasil sketannya sambil berkata nie wajah kamu, saya melihat wajah saya dengan mata hitam khas goresan pak Jeihan, ia berpandangan bahwa mata hitam baginya adalah sebuah realitas masa depan.

Ada beberapa lukisannya yang saya koleksi, saya mengaguminya karena lukisannya sangat berkarakter dengan kesan figuratif dan warna yang datar , lukisan lukisan figur perempuan yang sederhana dengan mata hitam tapi mempunyai kekuatan estetik yang dalam.

Pada tanggal 29 November 2019 saya mendengar berita kematiannya, sedih mendengar berpulangnya seorang guru yang begitu sabar dengan sorot mata yang teduh.
Kini dua tahun setelah kepergiannya kadang datang rasa rindu untuk berdiskusi dengannya.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.