
Webinar dengan tema “Pancasila & Tantangan Radikalisme Agama” dipilih oleh FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya. Guna mengingatkan akan terjadinya G30S. Webinar yang turut mengundang Yudi Latif, MA, Ph.D dan Dr. Ainur Rofiq Al-Amin, M.Ag. tidak mampu meredam animo pesertanya, yang mengakibatkan penuhnya kuota zoom meeting. Peserta sebanyak 654 peserta yang terdiri dari Univ. Bengkulu, IAIN Palopo, UIN Antasari Banjarmasin, UIN Alauddin Makasar, IAIN Ponorogo, UPNV Jakarta dan beberapa siswa SMA dan SMK, harus menggunakan kanal youtube sebagai media lain agar tetap dapat hadir di webinar ini.

Dalam sambutannya, Dekan FISIP, Prof. Akh. Muzakki, Grad.Dip. SEA, M.Phil, Ph.D mengatakan Yudi Latif, MA, Ph.D, merupakan salah satu cendekiawan muslim yang selalu mengalirkan gagasan tentang Pancasila dan kebangsaan. “Hari ini kita harus banyak belajar dari beliau yang sudah menghasilkan banyak karya dalam mengoperasionalkan nilai-nilai Pancasila.” Ujarnya. Prof. Muzakki juga menambahkan, bahwa yang perlu ditanamkan kepada generasi muda sekarang adalah rasa cinta tanah air dan bangsa, karena hal ini tidak bertentangan dengan nilai agama. Dalam tradisi Islam, mencintai negara itu sebagian dari iman (hubbub al-wathan min al-iman).

Dalam paparannya, Yudi Latif mengingatkan bahwa Indonesia ini memiliki keragaman dari berbagai sisi (keragaman agama, budaya, etnis, bahasa dan tingkat kesejahteraan), maka disinilah letak arti penting Pancasila, yakni sebagai perekat dari berbagai keragaman tadi. Jika sekarang tantangan yang muncul adalah dari pemikiran dan gerakan radikalisme agama, maka ada yang salah dengan penerapan nilai-nilai Pancasila di Indonesia.


Berbeda tapi sejalan dengan Yudi Latif, Ainur Rofiq Al-Amin dalam webinar tersebut menyatakan bahwa radikalisme itu orang/kelompok yang mencoba membenturkan antara Pancasila dengan Al-Qur’an, serta kelompok yang mencoba untuk memisahkan diri dari NKRI juga bisa disebut sebagai kelompok radikal. (MFH)