Tijn Kolsteren: Bocah yang Menginspirasi Jutaan Orang

beerita.id – Pada suatu hari di tahun 2016, Tijn Kolsteren, seorang bocah kelahiran 14 Juli 2010 di Belanda, tiba-tiba merasa mual dan suhu tubuhnya melonjak hingga 41 derajat Celsius. Keluarganya segera membawanya ke rumah sakit, dan hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Tijn menderita kanker otak langka yang ganas. Vonis ini menyedihkan: meskipun kemoterapi bisa memperpanjang usianya, harapan hidupnya diperkirakan hanya satu hingga dua tahun.

Namun, reaksi Tijn sungguh tidak biasa untuk anak seusianya. Dengan polos, ia bertanya kepada dokter, “Apakah banyak anak-anak lain yang menderita seperti saya?” Jawaban dokter membuatnya terhenyak: di seluruh dunia, banyak anak yang menderita sakit serupa, tetapi tidak semua memiliki akses ke pengobatan, terutama di negara-negara miskin di mana banyak anak hanya bisa menunggu nasib mereka.
Keesokan harinya, Tijn berbicara kepada ayahnya, “Ayah, saya harus bekerja untuk mencari uang agar bisa membantu anak-anak yang sakit kanker seperti saya.” Meskipun ucapan itu sempat dianggap lelucon oleh ayahnya, tekad Tijn tak main-main. Dengan membawa kuteks milik ibunya, Tijn pergi ke sekolah dan memulai aksinya. Ia menawarkan teman-temannya pengecatan kuku dengan imbalan 1 Euro per jari. Hasilnya ia simpan di sebuah kotak roti besar, bertekad mengumpulkan dana untuk membantu anak-anak penderita kanker di seluruh dunia.
Tak disangka, aksi sederhana Tijn menarik perhatian. Teman-temannya menyukai inisiatif itu, dan murid-murid dari kelas lain pun turut serta. Berita tentang Tijn menyebar dengan cepat di seluruh kota, membuat orang tuanya terharu. Melihat antusiasme masyarakat, orang tuanya membangun sebuah rumah kaca di depan rumah mereka agar Tijn bisa mengecat kuku para pelanggan dengan lebih nyaman.
Popularitas Tijn memuncak ketika aksinya diliput oleh salah satu stasiun TV terkenal di Belanda. Berita tentang Super Tijn, julukan yang ia peroleh dari pers, menyebar ke seluruh negeri. Para selebriti dan tokoh masyarakat, termasuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, datang berkunjung untuk mendukung aksinya. Ada yang rela membayar hingga 100 Euro untuk satu jari yang dicat, dan bahkan Rutte memberikan 1.000 Euro untuk satu jari yang dicat Tijn. Dalam rentang waktu antara vonisnya pada 2016 hingga 2017, Tijn berhasil mengumpulkan jutaan Euro.

“Uang ini semuanya harus diberikan kepada anak-anak miskin di seluruh dunia yang menderita kanker otak,” kata Tijn dengan penuh ketulusan. Sikapnya yang luar biasa ini membuatnya dipuji sebagai pahlawan sejati, bocah dengan keberanian yang menginspirasi banyak orang, tak hanya di Belanda tetapi juga di seluruh dunia.
Namun, kehidupan Tijn berakhir terlalu cepat. Pada pagi hari 8 Juli 2017, ia meninggal dunia di rumahnya, hanya enam hari sebelum ulang tahunnya yang ketujuh. Meskipun usianya begitu muda, warisan kebaikan Tijn begitu besar dan abadi.
Orang-orang yang mengenalnya menggambarkan Tijn sebagai anak yang manis dan ceria, dengan hati yang hangat dan penuh kepedulian. Antusiasme, kepolosan, dan sikap tanpa pamrihnya tidak hanya memikat hati banyak orang tetapi juga memberikan inspirasi bagi jutaan lainnya. Tijn Kolsteren, sang Super Tijn, telah mengajarkan dunia bahwa kebaikan hati tidak mengenal usia dan bahwa dalam kepolosan seorang anak, terdapat kekuatan yang mampu mengubah dunia.