William Turner: Sang Pelukis Cahaya
beerita.id – Di dunia seni lukis, ada nama yang memancarkan sinar terang dalam sejarah: Joseph Mallord William Turner (1775–1851). Pelukis lanskap yang hidup pada era Romantik ini memulai perjalanannya sebagai seniman muda penuh semangat yang berani melawan arus zaman. Meski pada masanya dianggap kontroversial, Turner kini diakui sebagai pelopor yang karyanya mampu menyaingi lukisan-lukisan bertema sejarah yang megah.
Dikenal sebagai “Pelukis Cahaya,” Turner tak hanya menciptakan karya yang memukau mata, tetapi juga menyentuh jiwa. Ia memadukan sapuan warna dan efek pencahayaan yang mengantar penikmat seni kepada era baru: dari Romantik menuju Impresionisme. Bukan hanya cat minyak yang menjadi medianya, Turner juga merajai seni cat air, membuatnya diakui sebagai pelukis cat air terbaik Inggris.
Jejak Turner di dunia seni bermula sejak remaja. Di usia 13 tahun, ia sudah berani memamerkan karyanya di toko milik ayahnya dengan tulisan sederhana: “for sale”. Tiga tahun kemudian, pada usia 15 tahun, lukisan cat airnya menghiasi Royal Academy. Di usia 18 tahun, ia sudah memiliki studio sendiri. Perjalanan karier Turner melesat; di usia 27 tahun, ia meraih keanggotaan penuh di Royal Academy, dan di usia 32 tahun, ia diangkat menjadi profesor.
Namun, perjalanan seni Turner bukan sekadar pencapaian. Pada tahun 1790, ia beralih dari cat air ke cat minyak dan mulai mengembara ke penjuru Eropa. Perjalanannya membawanya pada cinta yang mendalam terhadap Venesia. Bagi Turner, kota kanal ini bukan sekadar lokasi, tetapi sumber inspirasi yang tiada habisnya. Di mana pun ia berada, Turner senantiasa memperhatikan warna laut dan langit dalam segala kondisi cuaca, menciptakan karya-karya yang dipenuhi emosi dan gerak.
Cahaya selalu menjadi elemen utama dalam karya-karya Turner. Dengan ketekunan luar biasa, ia terus mengasah kemampuannya dalam mengolah permainan cahaya. Ia pernah mengungkapkan, “Memilih, memadukan, dan memusatkan apa yang indah di alam dan menggunakannya dalam seni merupakan tugas pelukis pemandangan alam, dalam bidangnya seperti halnya di bidang seni lain.” Kata-kata ini mencerminkan dedikasinya yang tak terbatas pada seni.
Namun, di balik ketenaran dan penghargaan, hidup Turner semakin sunyi. Menua dengan eksentrik, ia hidup tanpa teman sejati. Pada tahun 1850, Turner berpameran untuk terakhir kalinya sebelum menghilang misterius. Berbulan-bulan kemudian, ia ditemukan sakit di Chelsea, dan tak lama kemudian, ia mengembuskan napas terakhir, meninggalkan lebih dari 20.000 karya.
Claude Monet, pelukis besar Impresionis, begitu mengagumi Turner. Baginya, kekuatan warna, efek bayangan, dan upaya Turner menghindari warna gelap pada latar depan merupakan hal yang patut dipuji. Karya Turner tak sekadar memanjakan mata; ia memberi dunia pelajaran tentang arti cahaya. Dan, seiring waktu, karya-karya Turner telah menginspirasi banyak pelukis Impresionis yang lahir setelahnya.
Turner, pelukis yang ingin melukis cahaya, tak hanya menggoreskan warna di atas kanvas. Ia meninggalkan warisan tak ternilai, sebuah bukti bahwa seni bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang bagaimana menghadirkan cahaya dalam gelapnya dunia.